Penanganan Bencana Perlu Komunikasi yang Akurat dan Bukan Hoaks

banner 120x600
banner 468x60

Jakarta, Merdekaonlinetv.id – Komunikasi adalah kunci di setiap fase penanganan krisis bencana terlebih kepada bantuan untuk para penyintas bencana dalam memberikan informasi.

Namun ada kecenderungan beberapa masyarakat lebih mengikuti tokoh-tokoh influencer atau public figure sebagai corong informasi. “Akan tetapi informasi yang disebarkan oleh tokoh-tokoh tidak selalu dilengkapi dengan aspek verifikasi atau validasi data faktual. Hal ini menciptakan celah yang mampu menjadi hoax,” ungkap Udhi Tri Kurniawan, Ketua Disaster Crisis Center Dompet Dhuafa dalam acara GoodTalk Off Air yang digelar di Sasana Budaya Dompet Dhuafa Philanthropy Building, Jakarta, Rabu (17/12/2025)

banner 325x300

“Ada salah satu pejabat pemerintahan contohnya yang mengatakan listrik dan infrastruktur sudah bisa, padahal dilapangan sendiri belum. Ini yang bisa menjadi rawan informasi tidak akurat. Informasi Hoaks dan misinformasi yang akan memperburuk respons dan menghambat koordinasi. Harus dihindari hal-hal seperti itu,” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan Dr. Muhammad Hidayat , M.I.Kom, Pakar Komunikasi Bencana & Dosen LSPR yang menjelaskan bahwa pentingnya komunikasi dalam manajemen risiko bencana. Komunikasi adalah garda terdepan dalam menyuarakan edukasi dan antisipasi serta mitigasi mengurangi risiko bencana.

“Komunikasi dalam manajemen bencana bertujuan untuk membangun kepercayaan, peningkatan kesiapsiagaan, meminimalisir dampak bencana, dan mencegah kepanikan,” katanya.

“Komunikasi adalah mitigasi. Ia berperan untuk edukasi masyarakat, sistem peringatan diri, dan kesempatan kolaborasi multi pihak,” tambahnya.

Kemudian dari sisi media, Senior Jurnalis Kompas, Ahmad Arif mengungkapkan bahwa ada realitas yang menjadi tantangan pegiat komunikasi saat ini. Media sediakan infomasinya prihal bencana yang ditunjukan kepada pemerintah katakanlah ke Presiden, namun info melalui berita itu dibaca tidak. Ini yang menjadi problem sehingga hanya menerima infomasi dari pembantunya saja (Menteri atau pejabat kelembagaan) yang belum akurat malah justru hoaks atau misinformasi.

“Di sisi lain tantangan saat meliput ancaman atau kejadian bencana adalah minimnya Media Center yang sampai sekarang tidak ada, sehingga menimbulkan kesulitan bagi para media untuk memberikan informasi,” pungkasnya.

Jadi Hoaks dan misinformasi hanya yang dapat memperburuk keadaan, hingga timbul keresahan, memicu kepanikan hingga dapat menghambat proses bantuan. “Ini harus dihindari,” ucapnya.

Sebaliknya, lanjut Pria berkacamata ini, komunikasi yang jelas, terverifikasi dan sensitif dapat memperkuat rasa aman, adanya percepatan koordinasi serta menggerakkan partisipasi publik untuk membantu saudara sesama yang terdampak.

“Dalam konteks inilah, komunikasi bencana sesungguhnya tidak hanya menjadikannya dukungan tekhnis, akan tetapi menjadikannya pondasi dari ketangguhan penyintas bencana,” tandasnya.(SR)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *