Jakarta. Merdekaonlinetv.id-Komunitas Jaga Ginjal Indonesia berkolaborasi bersama Vantive, Prodia, Essity, Etana dan Fresenius mengelar seminar kesehatan Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS), di Jakarta, Sabtu, (20/09/25) .
Seminar tersebut dilaksanakan bertempat di Auditorium, Prodia Tower, Jl. Kramat Raya No. 153, Jakarta Pusat, dengan narasumber Brigjend. dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM, FINASIM yang merupakan dokter Kepresidenan spesialis ginjal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).
Acara seminar tersebut juga diisi oleh pemateri dari Prodia Fakhril Akmal dengan Moderator Astrid Audrey yang merupakan pasien HD.
Pada seminar yang di mulai dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB tersebut dan diikuti secara gratis oleh para pasien dialisis serta keluarganya tersebut membahas tentang apa itu EPS dan bagaimana cara mengenali gejala-gejalanya termasuk cara menghindari EPS dan mengurangi risikonya juga tentang strategi mengatasi EPS bila terdiagnosis.
Perlu diketahui Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS) adalah kondisi serius yang dapat terjadi pada pasien dialisis peritoneal di mana terjadi peradangan dan fibrosis pada rongga perut, yang dapat menyebabkan usus terbungkus.
Kondisi ini ditandai oleh penebalan dinding perut yang bisa menghambat fungsi usus dan memerlukan penanganan khusus, seperti kortikosteroid dan tamoksifen, serta modifikasi solusi dialisis.
Apa itu EPS?
EPS adalah kondisi parah yang dapat terjadi pada pasien dialisis peritoneal.
Ini melibatkan peradangan dan fibrosis (pembentukan jaringan parut) di dalam rongga perut.
Akibatnya, usus dapat terbungkus oleh lapisan jaringan parut ini, yang mengganggu fungsinya.
Penyebab dan Faktor Risiko
Durasi dialisis peritoneal yang lama, yaitu lebih dari 5 tahun, adalah faktor risiko utama untuk EPS.
Penggunaan larutan dialisis tertentu juga diduga berperan dalam perkembangan kondisi ini.
Gejala dan Diagnosis
Gejala bervariasi tetapi dapat mencakup nyeri perut, mual, muntah, dan penurunan berat badan.
Dalam kasus yang lebih parah, usus dapat tersumbat.
Penanganan
Penanganan utama fokus pada pengobatan dukungan nutrisi dan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid dan tamoksifen.
Penyesuaian larutan dialisis, termasuk penggunaan larutan netral, juga dapat membantu mengurangi risiko EPS.
Pentingnya Deteksi Dini
Pemeriksaan khusus seperti laparoskopi PD-spesifik dapat membantu diagnosis dini dan pengelolaan kondisi ini.
Ketua umum jaga ginjal Indonesia, everino Pieter Therik menyampaikan ” penting sekali Bagi pasien capd untuk mengetahui apa itu EPS Bagaimana gejala-gejalanya dan bagaimana cara mencegah serta mengatasinya. Untuk itulah kita mengadakan seminar edukasi ini agar para pasien bisa melakukan tindakan preventif untuk mencegah EPS”
Everino menambahkan bahwa kasus eps saat ini mulai banyak atau menunjukkan peningkatan dikarenakan jumlah pasien yang menjalani proses capd sudah banyak yang di atas 5 tahun.
Dalam pemaparannya dokter Joni yang juga merupakan penasehat Jaga Ginjal Indonesia (JGI) menyampaikan bahwa pasien dengan terapi capd memang berpotensi untuk mengalami EPS. Namun dengan melaksanakan SOP CAPD yang benar dan menggunakan cairan yang tepat dengan kadar gula rendah maka kasus EPS bisa dicegah