Jakarta. Merdekaonlinetv.id-Indahnya Berbagi dalam Jalinan Silaturahmi dengan tema yang diangkat oleh Keluarga Besar Kharismaau ‘98 (Alumni Semapa PK ABRI 1998), dalam penyelenggaraan ‘Buka Puasa Bersama dan Santunan Anak Yatim/Piatu’. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Satrekonsau Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta. Semangat ‘kebersamaan dan Empati’ tampak terjalin dengan hadir dan interaksi antara keluarga Kharismaau khususnya yang berada di Jabotabek dengan para santriwan/santriwati (yatim/piatu) Yayasan Al Fatah, Pondok Gede dan Yayasan Telaga Sakinah termasuk Yayasan Yatim Piatu Nurul Jannah, Jati Makmur, Bekasi.
Pada saat melaksanakan acara buka bersama Ketua Kharismaau, Kolonel Sus Dr. H. Harianto, M.Pd., menyampaikan rasa kesyukuran dan sekilas ‘religious social spirits’ dalam pengantarnya. Silturahim memiliki kekuatan dan peranan penting terhadap persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Hal ini merupakan perintah Allah SWT yang tersurat dalam An- Nisa ayat 1: Bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan (silaturahim). Dikuatkan pula dengan hadits Rasulullah SAW: Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karenanya, memperkokoh persatuan- kesatuan dan menjalin silaturahim antara kita merupakan pondasi ketakwaan yang mampu mengantarkan umat ke tingkat kesempurnaan” ujarnya dalam sambutan singkatnya kepada para peserta buka bersama.
Salah satu cara untuk menyikapi kompleksitas perkembangan lokal, nasional dan global, adalah budaya silaturahim ‘fardhu’ ditumbuhkembangkan untuk menciptakan keharmonian dan keharmonisan manusia sebagai ‘hamba’ dan ‘khalifah’. “Selain itu kita juga membangun solidaritas dan kekeluargaan dalam mewadahi kebutuhan saat ini terasa bahwa silaturahim diharapkan sebagai ‘key role’ menjembati dan mempererat ghirah persaudaraan dan kebersamaan di negeri tercinta, NKRI” tegas Kolonel Sus Dr. H. Harianto, M.Pd., dalam kesehariannya bertugas di BNPTRI bagian pemberdayaan masyarakat .
Kegiatan buka bersama ini yang bertindak sebagai pencerama adalah, Ustads Letkol Sus Sakdun, S.Ag., M.Pd.I. ia menyampaikan mau’idzoh hasanah dengan mengutip pelajaran Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin membagi orang berpuasa itu menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu shaumul awam, shaumul khowas (khusus), dan shaumul khowasul khowas (khusus lebih khusus). Pertama, shaumul awam, yakni puasanya orang awam. Tingkatan puasa ini adalah puasa yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Kedua, shaumul khowas, yakni puasanya orang khusus.Tingkatan puasa ini adalah disamping mereka berpuasa pada tingkat pertama tadi, panca indranya juga berpuasa. Mulutnya berpuasa, telinganya berpuasa, tangan dan kaki serta seluruh anggota badannya juga berpuasa, yakni menahan perbuatan dosa dan maksiat. Jika kita menilai, mungkin nilainya sangat baik. Ini adalah puasanya orang-orang shalih. Ketiga, shaumul khowasul khowas, yakni puasannya orang khusus lebih khusus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, exellent. Disamping mereka melaksanakan puasa pada tingkat pertama, juga kedua yakni menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawi, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.
“Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia. Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah. Ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin” tegas Letkol Sus Sakdun, S.Ag., M.Pd.I yang sehariannya bertugas sebagai Kabintal Koopsud I ini.
Rasa syukur dan terima kasih yang setinggi-tingginya disampaikan oleh perwakilan Yayasan Al Fatah, Yayasan Telaga Sakinah dan Yayasan Nurul Jannah. Para santriwan dan santriwati (yatim/piatu) juga merasakan nuansa batin kekeluargaan dan persaudaraan yang terjalin di antara mereka (pihak yayasan) dan keluarga Kharismaau. Pemberian bingkisan dan santunan kepada para santri dan yayasan menyertai agenda sebelum sesi foto dan iftar bersama.